Salinan:
KHUTBAH IDUL FITRI 1 Syawal 1432 Hijriah (Rabu, 31 Agustus 2011)

Khatib : Ustadz Lutfi Abbas – Palu
(Alumni Darrul Hadits Dammaj, Yaman)

.

Judul Khutbah:

Belaian Lembut Ramadhan Dan ‘Idul Fitri Sebagai Penenang Bagi Muslim Yang Selalu Mencari Kebenaran Dan Peringatan

(Qadarullah sedang hujan maka shalat-Id dilaksanakan di dalam Masjid At-Tarbiyyah, Kompleks Kantor Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Tengah. Jln. Setia Budi No.9 Palu)

.

Jama’ah Id yang Berbahagia

Hari-hari yang indah dan menyenangkan merupakan dambaan setiap insane normal. Ini adalah naluri yang Allah adakan pada diri dan hati setiap makhluk yang berakal. Jin atau manusia, muslim atau kafir, taat atau bermaksiat. Ini adalah penggambaran dan permulaan dari Allah untuk mendapatkan janji Allah berupa hari-hari yang indah dan menyenangkan yang abadi di akhirat (surga) bagi mukmin yang taat kepada Allah.

Oleh karena itu Allah memberikan hidup yang menyenangkan kepada orang-orang kafir dan bermaksiat hanya di dunia, dengan garis bawah ini hanya dzohir saja; kasat mata. Adapun isinya; hakekatnya  adalah mereka dalam keadaan menderita, kesenangan yang singkat , penuh kekurangan dan menipu. Dan mereka tidak akan mendapatkan bagian dan kesenangan sedikitpun di akhirat. Adapun pelaku maksiat dari kalangan muslimin akan dikurangi dan tidak sama dengan kesenangan yang dirasakan oleh muslim yang taat kepada Allah dengan baik.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS.Toha 20:124)

“Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, lalu mereka memilih (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia telah sesat (dengan kesesatan) yang nyata”. (QS.Al-Ahzab 33:36)

“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lua menginagat Allah, mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi”. (QS.Al-Mudilah 58:19)

Ayat-ayat yang semakna dengan ini banyak sekali, sebagai peringatan dan kasih sayang Allah terhadap makhluk (jin dan manusia) agar mereka menggapai kebahagiaan dan menjauhi kesengsaraan.

Jama’ah Id

Adapun muslim yang taat maka Allah menyiapkan bagi mereka hidup yang menyenangkan di dunia secara hakekat (benar-benar bahagia) dan lebih sempurna dari kesenangan orang-orang kafir. Setelah itu Allah mrnyiapkan bagi mereka kehidupan akhirat yang sempurna dan abadi.

“Didikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”…

…“Katakanlah: ‘’inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’’. Untuk orang-orang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka, ada surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri/pasangan yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”.

(QS.Ali-Imran 3:14-15)

“Katakanlah: ‘’Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?’. Katakanlah: ‘’Semua itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) dihari kiamat’’. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS.Al-A’araf 7:32)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Kehidupan seorang muslim sangat menakjubkan. Dan tidak akan terjadi kecuali hanya pada seorang mukmin. Jika mendapatkan nikmat ia bersyukur, jika mendapatkan musibah ia bersabar.” (Dari Abu Yahya, HR. Muslim)

Dan Allah sering merangkaikan dalam Al-Quran tentang sengsaranya orang-orang kafir dan bahagianya orang-orang mukmin yang taat. Oleh karena itu sayangilah diri dengan banyak membaca, mempelajari dan mentadaabburi Al-Quran, karena disitulah kita akan merasakan dan mengetahui kasih sayang Allah.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS.An-Nisa 4:82)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati mereka terkunci?”. (QS.Muhammad 47:24)

Jama’ah Id

Diantara hari-hari indah bagi muslimin adalah bulan Ramadhan, berbuka puasa (ifhtar), Idul Fitri dan Idul Adha. Rasulullah bersabda : “Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan. Ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (Dari Abu Hurairah, HR.Muslim)

An-Nasa’I meriwayatkan dari Anas Bin Malik bahwa Rasulullah sampai ke Madinah dan mereka memiliki dua hari raya, bermain dan bergembira pada hari itu. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari raya yang lebih baik yaitu Al-Fitri dan Al-Adha.”

Hanya saja seorang yang baik, tidak hanya menikmati keindahan dan kenikmatan, tapi berusaha untuk menjaga dari akibat buruk dari suatu yang bisa terjadi kalau ada dan mempertahankan kenikmatan tersebut semampunya, selamanya. Sehingga seorang muslim harus mengambil pelajaran dari kegembiraan dan keindahan hidup yang Allah berikan ketika dari kegembiraan dan keindahan hidup yang Allah berikan ketika di dunia. Untuk mempertahankan hal itu seluruhnya di akhirat.

Jama’ah Id

Banyak sekali pelajaran dari Ramadhan dan Idul Fitri, hanya saja kita membatasinya pada dua ibadah tersebut yang sekaligus hari-hari yang indah, menggandung peringatan dan nasehat yang besar yang membedakan dengan ibadah dan nasehat yang besar yang membedakan dengan ibadah dan nikmat-nikmat yang lain. Yang juga bisa menjadi patokan dalam perubahan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan yang di idam-idamkan rakyat Indonesia Raya ini. Diantara kandungan tersebut adalah:

1.       Pengawasan melekat yang sempurna.

Seseorang yang ingin puasanya sempurna akan merasa diawasi oleh Allah, karena dia mengetahui bahwa puasa adalah milik Allah dan Allah yang membalasnya langsung secara khusus. Pemilik akan sangat teliti terhadap suatu pekerjaan, dari hanya sekedar pengawas. Seorang pekerja yang baik akan berbuat yang terbaik kalau yakin bahwa tuannya jelas akan membalas dan menialai hasil kerjanya walaupun dia tidak ada di depannya. Apalagi kalau yakin ada dan dekat.

Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Seluruh amalan anak Adam untuknya kecuali puasa, karena dia untukku dan saya akan membalasnya..” (Dari Abu Hurairah, Muttafaqunalaihi)

Dari Umar radhiallahu anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah seakan-akan Allah melihatmu dan kalau tidak yakinlah bahwa Allah melihatmu.” (HR.Muslim)

Seorang yang berpuasa tidak ingin melakukan dosa (yang diluar Ramadhan mungkin dia lakukan jika sendiri), tetapi puasanya menghalangi dia untuk berdosa. Apalagi kalau dia yakin dosa-dosanya bisa mengurangi nilai puasa. Juga dia menambah ibadah yang dulunya tidak dia lakukan (mis: shalat malam) karena yakin dengan pahala dan keutamaan dari Allah dan tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang baik tersebut.

Inilah yang disebut “muroqabah”, merasa diawasi dan dekat dengan Allah, walaupun tidak melihat Allah. Kalau nialai ini ditumbuhkan pada diri setiap orang dan diteruskan di luar Ramadhan, maka seluruh persoalan kekeluargaan, kemasyarakatan dan kenegaraan yang selama ini menghantui rakyat dan bangsa ini akan teratasi. Dia tidak mengandalkan pengawasan dari KPK atau Polisi. Dia mengandalkan pengawasan dari Allah. Ini selain hasil yang sangar jelas, juga efektif dan efisien dari sisi: tidak mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga yang banyak. Sehingga konsentrasi Rakyat dan Bangsa adalah bagaimana mencapai kebahagiaan dan kesenangan Dunia dan Akhirat. Tidak tersibukkan mengurus dan mengomentari hal-hal dan urusan yg tidak terselesaikan dan berkepanjangan seperti yang kita saksikan sekarang ini.

2.       Nasehat-menasehati.

Dan hal ini adalah inti agama. Rasulullah bersabda: “Agama adalah nasehat”. (Dari Abu Ruqayyah, HR.Muslim). Sehingga seorang muslim yang tidak ingin member nasehat atau tidak ingin menerima nasehat dari Allah dan Rasul-Nya, maka agamanya berkurang, sesuai dengan tingkatan penolakan dia terhadap nasehat. Seorang yang berpuasa akan mengatakan kepada saudaranya “saya sedang berpuasa”, ketika saudaranya tersebut mengajak untuk bertengkar. Demikian pula Ramadhan diisi dengan nasehat-nasehat dan ceramah agama. Bahkan pernah saya mendengar seorang ‘binatang-film’ berkata menasehati wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, agar dalam bulan puasa mengurangi berpakaian seperti itu. Dalam keseharian dia tidak pernah peduli dengan nilai-nilai agama. Tapi jiwa Ramadhan  mengarahkan fitrahnya untuk mengeluarkan kalimat baik tersebut.

Seandainya semangat nasehat menasehati yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar yang dibangun diatas bimbingan syariat (dengan ilmu dan bimbingan ulama, dan bukan atas kepentingan pribadi dan golongan), menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia, maka rakyat dan bangsa ini akan jauh dari kerugian besar dunia dan akhirat.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS.Al-Ashr 103:1-3)

3.       Keikhlasan.

Seorang yang berpuasa tidak akan pernah makan dan minum walaupun dia dalam keadaan sendiri dan diiming-imingi dengan hadiah besar agar membatalkan puasa. Semuanya karena mengharapkan pahala dari Allah. Begitu indah kehidupan bermasyarakat dan bernegara bila segala upaya dan usaha dibangun di atas landasan ibadah kepada Allah, tidak mengharapkan kecuali kepada Allah. Bebas dari tujuan pribadi, kelompok, organisasi atau suku. Begitu indah kehidupan yang bebas dari segala jenis kesyirikan, menduakan Allah, beribadah dan berdoa kepada selain Allah.

“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (jauh dari syirik/mempersekutukan Allah dan kesetan), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaiakan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus… Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab (Yahudi & Nashrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS.Al-Bayyinah 98:5-6)

4.       Kebersamaan dan kesetaraan serta kasih sayang.

Pejabat atau rakyat, pegawai atau bukan, kaya atau miskin, semuanya sama-sama memulai puasa dari fajar sampai maghrib. Sama dalam hal pembatal puasa, sama-sama merasakan lapar. Mereka juga dianjurkan untuk berinfak sebanyak-banyaknya. Setelah itu mengeluarkan zakat sebagai bukti yang wajib terhadap pembuktian rasa persaudaraan kepada saudaranya yang kekurangan.

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka lakukanlah perbaikan antara kedua saudaramu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat 49:10)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad/tubuh kalian, dan rupa-rupa kalian. Akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kalian.” (HR.Muslim)

5.       Ketepatan waktu.

Puasa dan zakat yang dilakukan sebelum dan setelah waktu pelaksanaan tidak diterima oleh Allah. Seorang yang berniat setelah terbit fajar maka puasanya tidak sah. Seseorang mengeluarkan zakat setelah imam berdiri shalat juga tidak sah.

Kalau rakyat ini memelihara waktunya dan tidak menyia-nyiakannya untuk hal yang tidak bermanfaat, tentunya akan dijauhkan dari kerugian sebagaimana dalam Al-Quran surat Al-Ashr yang telah lewat di atas.

“Berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (QS.Al-Baqarah 2:148)

. . .

Jama’ah Id

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Dua nikmat sebagian besar manusia lalai dengannya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Dari Ibnu Abbas, HR.Bukhari).

Semua ini adalah isyarat bagi wajibnya menuntut ilmu agama bagi setiap muslim. Karena kita tidak akan mampu mencapai tujuan dan tingkatan yang lebih tinggi tanpa ilmu agama.

Rasulullah bersabda: “Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim”. “Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya (dunia dan akhirat), maka Allah jadikan dia faqih/faham dalam ilmu agama”. (Dari Muawiyah, Muttafaqunalaihi)

Semoga Allah selalu menjaga kaum muslimin dari segala kerugian dan kesengsaraan. Aamiin.

. . .

Jama’ah Id

Imam Muslim dan Bukhari meriwayatkan dari Sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, dia berkata saya ikut shalat Idul Fitri bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, Abu Bakar, Umar dan Utsman semuanya shalat sebelum khotbah, kemudian beliau turun dan memerintahkan jama’ah laki-laki untuk duduk. Setelah itu mendatangi jama’ah wanita bersama Bilal. Kemudian Beliau membaca ayat pada surat Al-Mumtahanah 60:12:

“Hai Nabi, apabila datang kepadamu wanita-wanita yang beriman untuk mengadakan janji setia (bai’at), bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka (pengakuan palsu), dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Setelah itu Beliau berkata: apakah kalian seperti ini? Salah seorang menjawab: Ya. Kemudian Beliau bersabda: Bersedekahlah kalian!.

Jama’ah Id

Syariat ini sangat memberikan perhatian yang besar terhadap wanita dari banyak sisi. Bahkan ada amalan-amalan/ibadah dalam Islam yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki. Seperti hamil, melahirkan dan menyusui.

Hadits serta ayat tersebut sebagian dari kesimpulan tentang sifat-sifat wanita muslimah yang membedakan dengan wanita kafir yang tidak memiliki kemuliaan dunia apalagi akhirat, tidak memiliki akhlak dan tidak taat kepada Allah.

“Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita soleha.” (Dari Abdullah bin Amr Al-Ash, HR.Muslim)

Jama’ah Id

Ini juga bukti rahmat dan kasih sayang Allah kepada manusia khususnya wanita muslimah. Sebagian mereka Allah lebihkan dari beberapa sisi. Kecantikan, suara, harta, kecerdasan, suami, anak-anak, dan lain-lain. Tapi Allah tidak menjadikan semua itu sebagai ukuran kedudukan di sisi Allah, apalagi kedudukan di akhirat. Bahkan Allah memberikan kecantikan takwa di dunia walau tidak bisa bergaya, harta yang berkah walaupun secukupnya, anak-anak yang mnyejukkan hati di dunia. Dan kalaupun mereka tidak mendapatkan semua itu, tapi janji Allah terhadap mereka adalah benar. Bahwa mereka akan mendapatkan suami yang gagah, kuat, sempurna, tidak ada kekurangan sesuai dengan kehendak Allah. Anak-anak yang lucu, kulit yang awet muda, yang tidak akan pernah keriput. Oleh karena wanita yang mengharapkan awet muda di dunia tidak akan pernah mencapai cita-citanya. Karena awet muda yang haqiqi, yang sebenarnya hanya di surga.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: ‘’inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu’’. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri/pasangan yang suci dan mereka di dalamnya[*]”. (QS.Al-Baqarah 2:25)

[*] Kenikmatan di surga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.

Wallahu a’lam.

Semoga Allah menjaga wanita-wanita muslimah dari propaganda syaitan dan tentaranya dari kalangan orang-orang kafir dan sebagian dari muslimin yang mengekor kepada mereka. Aamiin.

* * *

Penyelenggara: Ma’had (Ponpes) Hikmatussunnah Palu
d/a. Komlpeks Masjid Imam Muslim
Jl. Sungai Manonda Atas, Palu Barat

(utk info jadwal kajian/taklim rutin di  sini)

________________

ARTIKEL LAINNYA :
~ Kajian Ahlusunnah di Palu 
~ Tentang Penulis
~ Ibarat Menggenggam Bara Api
~ Tampungan Animasi
~ Tampungan Pernak-pernik
~ Tampungan Sunflower
~ Tampungan Foto Panorama Alam Palu
~ Dingbats Character (Kreasi)
~ Khutbah Idul Adha 1432 Hijriyah (6 November 2011)